Ilustrasi/ Photo: flickr |
ReportaseOnliene--Tak dipungkiri, dalam mengelola media, ujung-ujungnya adalah pemasukan, agar semangat dan kreatifitas pengelola terus meningkat.
Berkaca dari Stasiun TV di Indonesia bahwa ANTV menurut data 'AGB Nielsen Media Research' Juni tahun 2017 bahwa stasiun TV ANTV top ranking 1 dan menyingkirkan 12 stasiun tv nasional lainnya. Sedangkan deretan dibawahnya adalah RCTI, SCTV,MNCTV dan Trans 7.
AGB Nielsen Media Research dalam menentukan perhitungan rating TV, yakni mengambil data dari 10 kota besar di Indonesia (Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Medan, Palembang, Makassar, Banjarmasin dan Denpasar). Ada 10 stasiun TV yang menyewa jasa perusahaan ini untuk meneliti rating tiap tahunnya yaitu, RCTI, SCTV, Trans TV, Indosiar, MNC TV, Trans 7, Global TV, ANTV, tvOne, dan Metro TV, dll.
Maknanya, stasiun tv swasta nasional sepakat data nielsen sebagai pedoman dalam menentukan rating.
Lalu, Bagaimana dengan media online?
Ketika, Pepih Nugraha mantan wartawan kompas cetak yang juga ikut membesarkan lahirnya kompas tv dan pernah jadi inisiator lahirnya kompasiana, yang saat ini pindah haluan sebagai COO selasar,com merasa kaget, seakan tak percaya dengan data yang dirilis Nielsen, termasuk beberapa komentator saat ia diskusikan di akun medsosnya.
Komentator tidak menyangka, bahkan cendrung menuding data Nielsen abal-abal alias pesanan pihak ANTV. Seharusnya TV beritalah yang menguasai rating atau tv edukasi yang baik rankingnya di banding media sinetron seperti ANTV, RCTI,SCTV dan MNCTV.
Namun, faktanya bahwa masyarakat atau pemirsa sudah jengah dengan media berita yang cendrung tidak berimbang, dan condong menggiring opini publik untuk memenangkan atau mencitrakan tokoh atau partai atau sosok dibalik pemilik. Sehingga kepercayaan masyarakat kian memudar pada media berita.
Hal itu diungkapkan pula oleh salah seorang komentator, bahwa " sebenarnya kondisi ini menggambarkan bahwa berita hiruk-pikuk politik itu hanya ribut di tv berita saja. Masyarakat kebanyakan lebih memilih untuk menonton hiburan untuk menghibur diri dari kepenatan hidup. Golongan menengah keatas lah yang membuat gaduh." Ungkap Suherman, salah seorang jalinan pertemanan Pepih Nugraha.
Fakta mengejutkan demikian juga didukung data eksklusif yang diperoleh BizAsia, bahwa 'Ashoka' salah satu tayangan ANTV menarik 57.600 penonton dan memuncak pada 98.600 penonton, langganan tetap tiap harinya.
Kesimpulan, ternyata masyarakat kelas bawah di indonesia tidak butuh sesuatu yang "berat" mereka butuh hiburan. Bukan hiruk-pikuk soal politik tanah air.
Jika ditilik rangking media online (Juni-Juli 2017) berdasarkan data alexa rank, bahwa 15 ranking website populer di indonesia masih dikuasai media berita, ada sekitar 5 portal online masuk nominasi, diantaranya detik,com kompas,com tribunnews, liputan6, dan merdeka,com.
Namun faktanya, kelima situs tersebut rajin memasang iklan dari fb Ads sebagai sumber trafik utamanya, dan bahkan mereka punya banyak modal dan usia matang. Seperti detik,com misalnya merupakan portal online pertama di Indonesia. Lahir tahun 1998, dan diakuisisi oleh transcrop tahun 2011. Begitu pula kompas,com bisa bertahan karena nama besar kompas media, begitu pula liputan6, karena di back up oleh MNC group.
Jadi, adakah media online yang masuk dijajaran 15 populer di alexa rank yang lahir dari minim modal?
Ada. Yaitu, cerpen,co.id dan kaskus,id sedangkan masuk jajaran 20 besar seperti grid.id dan brilio.net. Disini letak menariknya, cerpen,co.id, grid dan brilio jauh dari aroma mainstream, bahkan pengelolaannya jauh dari konten berita, tetapi kenapa mereka survive? Ya, karena menghibur hati pembaca.
Lihat saja artikel di cerpen,co.id perhatikan judul, jauh dari standar jurnalistik demikian pula brilio tapi kenapa bisa mereka melekat dihati pembaca sehingga viral di medsos dan dapat tempat terbaik di alexa rank?
Di cerpen, grid, dan brilio mereka tentunya mendulang dolar dari adsense, mungkin jutaan perharinya masuk rekening mereka. Ya, Pemasukan utamanya adalah dari iklan google, dan situs tersebut minim pengeluaran untuk berpromosi, tapi dipromosikan secara gratis oleh pengguna media sosial melalui tombol share.(AW)