Kandidat Wako/Wawako Payakumbuh Berpromosi Diri Melalui Media / Properti: rudDesign |
ReportaseOnline ~ "Silahkan tag namaku, maka 'statusmu' akan kubaca." Tulis salah satu blogger di blognya, menanggapi tentang kekuatan dan efektifitas media sosial dewasa ini. Maksud dari si blogger tersebut adalah, saat ini orang-orang tidak lagi mencari informasi, tapi di cari informasi, asalkan orang tersebut punya akun di media sosial.
Entah apa alasannya? Sabtu (2/4), penulis dimasukan oleh Fajar Rillah Vesky, wartawan Padang Ekspress kedalam grup diskusi Whats App, dalam grup sarat akan informasi tentang ' tensi' politik yang akan digelar 2017 mendatang. Termasuk isu hangat yang berkembang saat ini, tentang penetapan Perda pasar misalnya. Isu mencuat yang dilemparkan, mungkin untuk menilai komitmen bakal kandidat (bakal calon) walikota dan wakil walikota Payakumbuh dalam penyelesaiaan masalah di Kota Payakumbuh.
'Diskusiwan' dan 'diskusiwati' yang ada dalam grup merupakan tokoh-tokoh penting di Kota Payakumbuh, diantaranya politikus, pengamat, wartawan dan LSM. Dan, penulis sendiri tidak termasuk kategori itu. Jelas, merasa minder ikut diskusi, karena tidak punya kapasitas dalam menyampaikan pandangan politik, yang memang bukan 'gawean' penulis.
Mungkin, Fajar mengundang ke dalam forum berdasarkan hubungan baik, dan mungkin karena penulis hobi ngeblog. Dan, menyukai dunia jurnalistik. Setelah mengikuti beberapa statement dan tanggapan, penulis mengucapkan terima kasih dalam hati pada Fajar yang telah memasukan dalam grup tersebut. Sebab, dapat bahan 'baku' dari dapur, yang akan di 'goreng' wartawan 'luak lima puluh' untuk dipublikasikan di media cetak dan elektronik.
Siapa Kandidat Walikota/ Wakil Walikota Payakumbuh 2017 ?
Beberapa pertanyaan kritis yang di ajukan wartawan dalam grup, terkait siapa kandidat yang akan di usung oleh partai? Jawaban sementara yang dapat penulis tangkap adalah jawaban 'politis' dan 'dinamis' dengan arti pengurus partai belum mau menyatakan sikap siapa yang akan mereka usung. Demikian juga bakal calon, tidak ingin pula membeberkan partai mana yang akan mengusungnya.
Hingga detik ini, diskusi masih berlanjut, penulis dengan seksama terus mengikuti. Serta memberi penilaian subjektif, antara pertanyaan dan jawaban berkualitas dari masing orang-orang yang berdiskusi. Ya, penulis memposisikan diri sebagai observer, serta akan menentukan sikap pula siapa kandidat yang betul-betul memiliki cakrawala luas, tentu penilaian berdasarkan jawaban yang ia tuliskan di forum.
Pemilih Ingin Mengetahui Orang Yang Akan Dipilihnya
Sikap penulis akan penilaian subjektif mungkin juga akan dirasakan pula oleh calon pemilih lainnya atau pembaca. Namun, bakal calon walikota dan wakil walikota yang akan maju pada Pilkada Payakumbuh 2017 belum melihatkan siapa dia di media sosial yang lebih luas, seperti di Twitter, Facebook dan Blog yang bisa di akses dan dibaca banyak orang. Belum ada kegaduhan, pro kontra antara pendukung, seperti halnya rencana Pilkada gubernur Jakarta. Ada apa?
Media sosial adalah media paling efektif untuk menunjukan diri sang kandidat, sebagaimana yang dikatakan blogger yang link blognya tidak lagi ketemu oleh penulis, bahwa " Silahkan tag namaku, maka statusmu akan kubaca." Dari hasil browsing, informasi bakal calon (kandidat) hanya dituliskan wartawan online, tidak dari kandidat langsung. Demikian juga di jejaring sosial lainnya, hanya petahana bergiat mengekspos kegiatannya di facebook.
Penduduk Indonesia yang berjumlah 252 juta jiwa, (2015) menurut data yang dirilis Okezone, (2016) sebanyak 65,2 juta pengguna smartphone, hampir sepertiga rakyat indonesia terpapar dengan telepon pintar yang mudah mengakses internet. Pertumbuhan pengguna smartphone diprediksi terus meningkat, bahkan Indonesia urutan pengguna internet ketiga terbesar di dunia, setelah India.
Maknanya apa? Bahwa smartphone dan internet merupakan pakaian umum bagi orang, tak terkecuali warga Payakumbuh yang 100 persen terpapar dan terkoneksi dengan jaringan internet, bahkan di banyak lokasi menyediakan WIFI gratis. Hal ini, adalah peluang bagi kandidat untuk mengenalkan dirinya melalui media sosial, yang lebih efektif, tertarget dan bisa diakses kapan saja.
Fan pages di FB misalnya, kandidat bisa mempromosikan kegiatan dan latar belakang yang bisa membuat calon pemilih tersentuh, dari pada memajang baliho besar yang menganggu pemandangan dipertigaan jalan. Atau pasang iklan melalui google adwords, agar link situs kandidat bisa tersiar di jagat maya. Di saat Netizen mengakses (browsing) IP addres lokasi akses internet dari payakumbuh, maka sosok kandidat akan tampil di iklan yang membuat penasaran calon pemilih untuk mengenal, dari pada menyebar brosur atau selebaran.
Begitu juga media sosial lainnya, akun TNI_AU contohnya, mampu membuat Netizen terkesan pada TNI_AU berkat kepiawaian adminnya yang komunikatif mempromosikan seputar ilmu penerbangan dan kedirgantaraan. Kandidat Walikota/ wakil walikota Payakumbuh pun bisa memanfaatkan ini, mengenalkan diri pada publik, dan warga kota Payakumbuh yang nyaris 90 persen terpapar internet.
Efektifitas media sosial ini, telah dipraktekkan oleh mantan walikota solo menuju DKI-1, bahkan menjadi RI-1. Sebut saja, presiden Jokowi punya relawan yang bernama Jasmev. Pertanyaanya bagaimana dengan kandidat wako/wawako Payakumbuh tidakkah tertarik mengingat 2017 semakin dekat?
Walikota Ridwan Kamil memiliki followers aktif ribuan, karena ia memanfaatkan media sosial untuk berinteraksi dengan pemilihnya. Komunikatif dan interaktif. Media sosial mengikis sekat yang menghambat komunikasi antara pimpinan dengan rakyatnya. Semua spontan, aspiratif dan cepat tersebar. Tidakkah ini potensi untuk mendulang citra yang bisa mempengaruhi hati calon pemilih. Jika iya ! Bersegeralah aktif dan interaktif di dunia maya, jangan terlalu mahal untuk merespon sebuah pertanyaan sederhana dari calon pemilih anda.
Salam,
AntonWijaya
Blogger, Citizen Journalisme, Warga Payakumbuh dan calon pemilih kepala daerah. Jika sepakat berbagi informasi di media sosial , silahkan gunakan tagar #MenujuPilkadaPayakumbuh